NEWSPORTAL.id - Pengalaman hidup selama di Papua, Kalimantan, Sulawesi, Sumut, Jabar, Jambi, membuatnya kerap berjibaku dengan suku pedalaman di daerah-daerah yang disebut oleh pemerintah Komunitas Adat Terpencil (KAT).
"Kami bertemu tanpa rencana di Jambi waktu itu. Saya dikabari katanya Beliau mau penelitian tentang SAD (Suku Anak Dalam) dan dari situ kami jalan bareng sampailah dengan sekarang" ujar Willy Azan, Pemerhati Orang Rimba kepada media ini.
Menurut Willy, Pembawaannya yang ramah, apa adanya dan mau berdiskusi itu yang membuatnya mudah berinteraksi dengan siapapun termasuk saat bertemu Orang Rimba sehingga dalam waktu singkat kemudian menjadi sebuah Aliansi AL-JASSRA yang terdiri dari JBMI (Jamiyah Batak Muslim Indonesia) Kontra (Komite Reforma Agraria) STAI Ashanta Jambi (Sekolah Tinggi Agama Islam Ashanta Jambi) Badko HMI Jambi (Badan Kordinasi Himpunan Mahasiswa Islam Jambi) KMB (Kelompok Makekal Bersatu) Forkomba (Forum Komunikasi Orang Rimba) Dst.
"Selama berjalan dengan pak Haji (Panggilan Albiner Sitompul) saya belajar banyak misalnya cara berkomunikasi dan fokus terhadap sebuah rencana, pekerjaan dan harapan, beliau orang yang berani, pendobrak, sigap, mengayomi, kaya pengalaman, tapi tidak mau menggurui dan bisa melebur dengan siapa dan kapan saja. Saya tidak memuji tapi memang itulah yang saya lihat dan rasakan" ujar Ketua Forum Komunikasi Orang Rimba Jambi tersebut.
Kami itu, Lanjut Willy, dalam waktu singkat entah bagaimana cerita bisa bertemu dengan banyak kelompok Orang Rimba atau SAD padahal bertemu dengan banyak kelompok yang tersebar di banyak kabupaten dalam Prov. Jambi tidak mudah karena komunitas ini banyak yang masih nomaden (berpindah-pindah) ditambah pula dengan kondisi geografis masih banyak yang sulit.
"Beliau menurut Saya walau punya pangkat orangnya tidak membeda-bedakan kelas atau status. Selama jalan dengan beliau kami kerap tidur sama-sama di lantai, Makan minum yang sama dengan Orang Rimba dan kerap jadi sopir selama dilapangan hingga perjalanan darat dari Jambi ke Jakarta. Intinya, Dia tangguh dan tulus bertugas, terbuka, mau mendengar dan orang yang berani mengambil sikap" Pungkas Willy.
Sementara itu, Muhammad Idris Siregar, Sekjen Al-Jassra, Saat dikonfirmasi membenarkan adanya keterkaitan seorang Jendral yang turun ke Jambi untuk penelitian 3 bulan terakhir di Jambi.
Haji Albiner menurutnya seorang Brigjen TNI bahkan kabarnya sudah Mayjen tapi untuk soal pangkat dia memang enggan membahasnya. Sosok Pak Albiner, Kata Idris, Layak diperhitungkan negara karena sudah dilihat langsung bagaimana cara dia bekerja dan kepeduliannya terhadap KAT saat ini dalam konteks bonus demografi dan butuh pemecahan masalah, pemberdayaan, dalam rangka ketahanan nasional saat bersama-sama di Jambi hingga sekarang ini.
"Kami rasa Pak Albiner mampu menjadi pengayom Komunitas Adat Terpencil sehingga keberlangsungan hidup Komunitas bisa makin sejalan dengan Nawa Cita Presiden Jokowi karena dia sosok yang paham kondisi lapangan sehingga bisa menghasilkan sebuah rumusan dan tindakan dalam rangka percepatan langkah-langkah kongkrit terhadap pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil," Tutupnya. (red)