UNIVERSITAS TEBO #2

0
Oleh: Bahren Nurdin, SS., MA

“Selamat Datang di Universitas Tebo / Welcome to Tebo University”.  Sebuah gerbang gagah dan mewah menganga menyembut siapa saja. Gerbang ini berbentuk sebuah buku raksasa yang terbuka menghadap ke langit. Slogannya tertulis “Penabur Ilmu, Pengawal Peradaban”. Orang-orang keluar masuk, hilir mudik melalui gerbang itu. Para petugas menyapa dengan senyum dan keramahan. Dalam kawasan seratus hektar itu nampak bangunan berdiri kokoh dan teratur. Setiap bangunan memiliki nama masing-masing sesuai dengan papan nama yang menempel. Pohon-pohon hijau dan rindang. Burung-burung beterbang ke sana ke mari.  Kendaraan lalu-lalang dengan tertib dan teratur. Orang-orang sibuk dengan aktivitas masing-masing. Di trotoar nampak beberapa mahasiswa berjalan sambil memeluk erat buku. Masjid kampus yang besar dan indah selalu menjadi pusat aktivitas civitas kampus ini. Taman-taman kampus yang asri dipenuhi para mahasiswa untuk berdiskusi. Inilah nuansa akademis yang begitu tentram dan menyenangkan. Surganya pencinta ilmu.

Di mana kampus ini? Karena lahan yang 100 hektar itu belum ditemukan, maka saat ini, kampus ini masih barada di dua lokasi. Kampus satu,  di dalam kepala saya berbentuk impian. Kapus dua, di dalam laptop saya berbentuk kata-kata yang terhimpun dalam ‘Grand Design Pembangunan Tebo” yang sudah saya tulis sejak beberapa tahun silam. Kapan anda bisa berkunjung? Andalah sebagai orang Tebo yang menentukannya! Di tangan anda pilihan itu.

Berdiri perguruan tinggi di suatu daerah khususnya di Kabupaten Tebo adalah sebuah keharusan. Ada beberapa alasan sederhana yang perlu diperhatikan;

Pertama, simbol peradaban. Keberadaan sebuah univiersitas di suatu daerah memiliki makna simbolik betapa daerah tersebut memiliki peradaban ilmu yang tinggi. Pemerintah atau pemimpin daerah yang serius memperhatikan perguruan tinggi di daerah kekuasaannya adalah pemimpin yang peduli akan pentingnya ilmu pengetahuan dan pembangunan sumber daya manusia (human capital). Jika boleh berkaca kepada kabupaten lain, sebagai saudara ‘kandung’nya Kabupaten Tebo, Kabupaten Bungo layak untuk dijadikan contoh. Di sana telah berdiri Universitas Muara Bungo (UMB). Sebuah terobosan yang sangat besar dengan visi pemimpin yang luar biasa, dengan segala keterbatasan dan kendala yang dihadapi, seorang  Zulfikar Ahmad berdiri paling depan demi kepentingan orang  ‘ngan’ dan sekarang ‘ngan’ pasti bangga dengan keberadaan perguruan tinggi ini. Tidak dapat dipungkiri, darah Zulfikar Ahmad sebagai ‘budak dusun’ asli-lah yang mendorongnya untuk memperjuangkan sebesar-sebesarnya kepentingan orang dusunnya sendiri (Kabupaten Bungo).

Kedua, mempermudah akses masyarakat mendapatkan pendidikan tinggi. Dengan berdirinya universitas ini, masyarakat Tebo tidak perlu lagi jauh-jauh keluar daerah untuk mendapatkan pendidikan tinggi khususnya bagi masyarakat menengah ke bawah. Itu artinya, pendidikan tinggi akan semakin terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. Biaya yang dikeluarkan akan dapat diminimalisir sedemikian rupa. Secara ototmatis daerah juga akan memiliki sumber daya manusia yang baik.

Ketiga, penyerapan tenaga kerja porfesional. Diyakini bahwa Kabupten Tebo telah memiliki kaum professional yang saat ini berkiprah di luar. Banyak pula diantara mereka yang telah memiliki pendidikan tinggi dari sarjana hingga doktor. Dengan berdirinya universitas ini, maka tenaga kerja ini bisa ‘diundang’ untuk ‘pulang kampung’ membangun negerinya sendiri; tumpah darahnya sendiri.

Keempat, penggerak ekonomi masyarakat seputar kampus. Salah satu efek domino yang terjadi dengan berdirinya perguruan tinggi adalah menggeliatnya perekonomian di seputar kampus seperti rumah makan, tempat tinggal (kos-kosan), jasa foto kopi, jasa servis computer, dan lain sebagainya. Semakin besar sebuah univeristas, semakin banyak mahasiswa yang ditampung, maka semakin besar dampak positif yang ditimbulkan secara ekonomi.

Kelima, menjaga kearifan lokal daerah. Dengan berdirinya universitas ini maka dituntut untuk menampilkan ke-khasan daerah dengan memasukkan mata kuliah-mata kuliah muatan lokal sebagai mata kuliah dasar umum (MKDU). Tebo memiliki kekayaan kearifan lokal yang melimpah. Universitas inilah yang akan menjadi leading sector mejaga kelestariaanya. Kekayaan adat istiadat, kuliner, pariwisata, kegiatan keagamaan, dan lain sebgainya harus terus hidup di tengah masyarakat dan di dunia akademis.

Lima poin sederhana ini rasanya cukuplah untuk menggambarkan keharusan beridirinya univeristas di tanah ‘seentak galah serengkuh dayung’ ini. Pertanyaanya cuma satu, “adakah Zulfikar Ahmad di Tebo?”. Orang Tebo-lah yang paling tahu.

Penulis adalah seorang motivator pendidikan Provinsi Jambi dan juga dosen di IAIN Jambi
Tags

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Posting Komentar (0)

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top