Pada abad ke-16 Masehi atau zaman kerajaan Hindu, datanglah 5 (lima) orang bersaudara ke Rantau Kederas (sekarang dikenal) Pangkal Beloteng Desa Teluk Rendah Ulu yaitu : 1. Datuk Bedarah Putih, 2. Datuk Makam Rendah, 3. Datuk Makam Tinggi, 4. Datuk Calegah, dan 5. Datuk Muara Suluk. Tujuan mereka ingin menyebarkan agama yang mereka anut atau agama Hindu. Saat itu masyarakat masih berpencar belum merupakan kesatuan dan masih memakai system kelompok-kelompok yang saling bermusuhan. Mereka masih mempergunakan ilmu-ilmu bathin atau ilmu hitam yang dapat mengalahkan lawan atau musuh, sebagai contoh menjemur padi pada malam hari dibulan terang, memasang lukah diatas bumbun, daging dimasak dalam kancah (kawah) bias melompat keluar, dan nasi ditanak tidak masak-masak, artinya menantang/ mencari lawan atau musuh. Diantara datuk-datuk tersebut, salah seorang dari mereka atau Datuk Makam Rendah meninggal agama lamanya dan memeluk agama Islam dengan nama H. Abdul Hamid.
Nama asli Teluk Rendah adalah Teluk Pinang Bajek (sekarang dikenal Desa Teluk Rendah Pasar). Selama tinggal ditempat ini, masyarakatnya tidak dapat berkembang dengan baik, pertikaian selalu terjadi, dan masih menunujukkan ilmunya masing-masing, sebagai contioh : ayam belago dengan lesung dan batang pisang dapat belago dengan antan, dan sebagainya. Karena kehidupan disini tidak aman dan damai, maka pada Abad ke-18 M. tuo-tuo dan pemimpin kelompok secara mufakat ingin mencari tempat baru yang lebih aman dengan kata mufakat mulai mencari tempat baru dengan cara menyusuri Sungai Batang Hari menggunakan perahu (sampan) bersama-sama dengan membawa seekor ayam sebagai pedoman atau petunuk. Dimana ayam yang dilepas tadi terbang dan turun kedaratan, nerarti disitulah tempat membuat kampung yang baru, dan temapt ini disebut Ujung Tanjung atau Surau Tanjung Desa Teluk Rendah Ulu sekarang. Setelah kampung ini dibenahi sedemikian rupa dan masyarakatnya mulai berkembang, datanglah 5 (lima) orang penyebar agama Islam dari Aceh dibawah pimpinan Syaikh Husin Albaiti. Mula-mula mereka memperkenalkan diri dan menyampaikan kepada masyarakat setempat bahwa tujuan mereka ketempat ini adalah untuk menyebar dan memperluas ajaran agama ini. Kedatangan mereka langsung mendapat tempat dihati masyarakat dan ajaran ini mulai diajarkan dari rumah kerumah secara sembunyi-sembunyi karena takut diketahui oleh tentara penjajah Belanda.
Pada saat bersamaan datang pula raja Sultan Thaha Saifuddin dari Jambi ke daerah ini dan membuat Benteng di Sungai Mangkuan (daerah Tanah Garo) sekarang, maka agama Islam ini makin diperluas. Untuk menghimpun kekuatannya menghadapi tentara Belanda, maka didirikanlah Serikat Islam (SI). Hampir semua tuo Dusun Teluk Rendah bergabung menjadi Debalang Sultan Thaha Saifuddin secara bahu-membahu melawan penjajahan Belanda. Di dalam dusun mulai dibenahi dengan membuat peraturan berdasarkan agama maupun Adat-Istiadat. Untuk mendalami dan memperluas ajaran agama, maka didirikanlah rumah tempat megaji dan belajar agama dengan sebutan RUMAH KUTAB. Sejak berdiri Rumah Kutab, putra Teluk Rendah dikirim ke Mekkahh Arab Saudi untuk memperdalam ilmunya, ada yang belajar di Madrasah Darul Ullum dan adapula yang belajar di Madrasah Assyafi’iyah. Sekembalinya putra Teluk Rendah dari Mekkah, Rumah Kutab ini dirubah menjadi Rumah Gedang (Besar), ditempat ini pelajar putra dengan pelajar putri terpisah satu dengan lainnya.
Untuk mengatur hubungan orang dengan orang, hubungan orang dengan kerajaan, hubungan orang dengan pemerintah yang dikenal Adat Bersendikan Syarak Bersendikan Kitabullah.
Dari uraian diatas nama Desa Teluk Rendah berasal dari keadaan tempat daerah tersebut, dimana didaerah pasar terdapat teluk/tebing, sedangkan di daerah Ulu/Ilir daerahnya rendah. Sehingga daerah ini disebut daerah Teluk Rendah yang sebelumnya disebut Kampung Alur. Untuk nama desa teluk rendah ilir berasal dari posisi daerahnya yang berada di bagian Ilir Teluk Rendah.
Teluk Rendah merupakan daerah pertanian yang luas khususnya pertanian sawah (payo) dan dikenal sebutan Bumbung padi di kewidaan Muara Tebo dulunya, luas sawah (payo) mencapai 3.000 Ha yang tersebar dimana-mana seperti : sawah dibelakang Dusun, Rawabento, Lubuklimas, Cempunik, Payotulung, Gelugur, Semut gatal, Kalendang, Pulai, Pelajauh, Limaumanik, Sungai pangkat, Lebak putu, Tanah dialai, pelayangan, Tabakar, Kasai dan Lebak labi (Sawah/ Payo ini luasnya 1.500.Ha.). Sampai hari ini baru sebagian yang dapat digarap para petani, karena tali airnya belum sampai ketengahnya sedangkan DAM sudah dibangun dan diresmikan langsung pada hari Selasa tanggal 19 Mei 1968 oleh Bapak M.Abd.Manap Gubernur KD.TK I Jambi.
Pada zaman penjajah Jepang warga Teluk Rendah tetap mengerjakan sawahnya yang tidak pernah berhenti, dalam keadaan serta suasana serba sulit pada masa itu, dimana-mana terjadi kelaparan, Busung lapar (kurang makan, penyakit menular meraja lela. Teluk Rendah dibawah Pimpinan Usman Al.Bujang/lurah Kepala Dusun, warganya tetap mengerjakan sawah bahkan menjelang menuai (panen) semua warga di perintahkannya memanen tanaman muda, ubi kayu, jagung, talas dan tanaman lainnya. Pemerintah Jepang bahkan memberi bantuan bibit Jarak untuk dikebunkan, buahnya dibawa ke negaranya untuk diolah menjadi minyak. Biarpun zaman Jepang terkenal sangat kejam, sadis, sewenang-wenang. Akan tetapi berkat pimpinan yang bijaksana oleh Usman Al. Budjang tidak pernah di jumpai warga yang di siksa. Pekerja Romusha, Rodi dan Gendrongshi hanya sebagian saja yang ikut, apabila ketahuan warganya dibawa militer untuk bekerja, langsung menghadap komandan TJODANTJO minta warga tersebut dikembalikan. Atas kepemimpinanya yang bijak dan bertanggung jawab ia mendapat tanda jasa atau piagam penghargaan dari pemerintah Jepang berupa SOERAT POEDJIAN dengan nama DEPATI DOESOEN TELOEK RENDAH tertanggal, Snowa 20, SNOGATU 8, DJAMBI SUSETYO, Moera Tebo TYUZUKAIKAI ditanda tangani oleh SEIOMI (setingkat pidana).
Pada masa perang kemerdekaan (AGRESI BELANDA KE II di Indonesia) yang ingin menjajah kembali di Indonesia, para pejuang dan pemuda-pemuda ikut mengangkat senjata bersama pejuang kemerdekaan dibawah komando BKR, TKR, dan TP tidak ketinggalan warga Teluk Rendah bersama Lurah Kepala Dusun Usman Al.Bujang. Para pejuang membuat markas di sini di bawah pimpinan : 1. Letnan A. Hasyim Alamlah. 2.Letnan Aziz Larose. 3. Letnan A. Aziz Pulungan dan Inspektur Polisi A. Hutahuruk dan lainnya, selama bermarkas dari tahun 1948 s/d 1949, ribuan pasukan pejuang kemerdekaan yang menjadi tanggungjawab, seluruh lapisan masyarakat tidak ada di berkhianat seorangpun. Berkat kepemimpinan lurah kepala dusun, para pejuang merasa aman dan tidak ada keluhan dalam segala hal, semua keperluan dan kepentingan bekal berperang selalu di persiapkan semuanya. Keberhasilan ini tidak terlepas dari peran tokoh-tokoh masyarakat, alim ulama, cerdik pandai, pemuda dan lainya seperti : M. Abubakar syaifuddin, H.M.Saleh.Azhari, H.M.Agel, H.Mahiddin dan tokoh tua yang banyak berjasa dalam membangun dusun Teluk Rendah. Untuk mengenang jasa dan pengorbanan warga ini, hari Jumat tanggal 2 Agustus 1952 datang utusan Panglima TTR II Sriwiajaya Palembang pimpinan Operste. M. Nawawi, dari Jambi Rasiden Inukartapati dan opertste Abunjani dan tidak ketinggalan rombongan Bupati Merangin bersama widana Muara tebo, serta pembesar-pembesar yang di undang. Kedatangan mereka untuk menyampaikan tanda penghargaan PIAGAM TANDA JASA kepada Usman Al.Bujang beserta warganya atas bantuan dan pengorbanan selama pasukan TJINDOR MATO berada di tempat ini. Piagam ini di tanda tangan oleh Panglimanya Let.Kol Bambang Utoyo dan gubernur Sumatra Selatan Drs. M. Isa, di hadapan ribuan warga yang hadir,utusan dari palembang berjanji membuatkan Tugu kenang-kenangan Di Dusun Teluk Rendah akan tetapi sampai saat ini belum juga terwujud. Seterusnya pada tanggal 17 Agustus 1958 Usman Al.Bujang mendapat tanda jasa dari Pemerintah Pusat berupa TANDA JASA SETYA LANCANA PERANG KEMERDEKAAN PERTAMA DAN TANDA JASA SETYA LANCANA PERANG KEMERDEKAAN KEDUA, kemudian pada tanggal 25 Desember 1963 diangkat menjadi anggota veteran Republik Indonesia dengan Nomor pokok/ Induk N.V.8555/J.
Untuk mewujudkan janji yang belum ada kenyataannya, maka pada tanggal 19 Agustus 1965 Usman Al.Bujang diutus oleh Guberbur Jambi Kol.M.Yusuf Singadikane bersama operste Azis Larose untuk menghadap Presiden Ir. Soekarno dan Jenderal Abd. Haris Nasution ke Jakarta dan di pimpinan-pimpinan Angkatan Darat yang pernah bertugas zaman Revolusi di Teluk Rendah antara lain. Harun Sohar, Burlian, Zulkifli Lubis dan yang pernah bersama-sama dalam kesatuan TJINDOR MATO. Keputusan yang ditelah dibawa telah disepakati bahwa, dalam waktu secepatnya Tugu tersebut akan dibangun dan di resmikan pada hari Angkatan Perang 5 Oktober 1965. Tetapi sayang sekali sebelum hal ini terlaksana, terjadilah pemberontakan PKI ke Tanah Air dengan sebutan Gerakan 30 September 1965 (GETAPU PKI),sejak peristiwa tersebut Tugu yang di janjikan tidak pernah lagi di suarakan sampai sekarang,.
Pada Tanggal 21 Maret 1982, Bendera Merah Putih yang pernah berkibar di Markas TJINDOR MATO Teluk Rendah di ambil di rumah Usman AL.Bujang oleh pak A. Azis Pulungan dan di pajangkan di Gedung Juang (Legium Veteran Sipin Ujung Jambi). Sejak tanggal 7 November 1950 Usman AL.Bujang diangkat dan di percaya menjadi Pasirah Kepala Marga Petajin Ilir di Sungai Bengkal sampai tanggal 8 Mei 1968.
Sejak tanggal 7 November 1950 Lurah Kepala Dusun Teluk Rendah dipimpin oleh Ramli Djailani, Abubakar Bakir, M. Saidi, Moh.Saleh Dung, M.Zaini dan A.Rasyid mereka semua tidak lain adalah keponakan sepupu, putra dan keponakan dari Usman Al.Bujang. Semua Kepala Dusun tersebut terus membangun dusunnya di segala bidang, baik dibidang pemerintahan dusun, pendidikan agama maupun umum terus di tingkatkan, pasar getah (karet) setiap hari jumat tetap di pelihara dengan baik. Sebab pasar ini merupakan sumber dana (keuangan), karena dengan dana ini dapat membangun untuk kepentingan umum lainnya. Siapa saja yang menjadi Lurah Kepala Dusun tetap membangun apakah melalui swadaya masyarakat ataupun melalui bantuan pemerintah tidak pernah berhenti. Pada pertengahan tahun 1967/68 secara swadaya membangun 1(satu) unit gedung Madrasah Ibtidaiyah secara swadaya,kemudian pada tahun pelajaran 1975/76 Dusun Teluk Rendah mendapat jatah bangunan SD.INPRES sebanyak 3 (tiga) unit masing-masing terdiri 6(enam) lokal yaitu: Dusun Teluk Rendah Ulu, Dusun Teluk Rendah Ilir dan Dusun Teluk Rendah Pasar, semua bantuan tersebut berasal dari pemerintah pusat.
Semenjak tahun 1955 lalu, sudah ada persatuan pemuda ditiap-tiap tempat di Teluk Rendah. Desa Teluk Rendah Ulu mempunyai persatuan pemuda RAUDATUSSUBYAN dan HUBBUL WATHAN, Desa Teluk Rendah Ilir dengan nama NAHDATUL UMMAH dan WUSLAHTUSSUBAN dan Desa Teluk Rendah Pasar dengan nama IMARATUL INSYAF, kemudian pada Tahun 1982 di tambah didepannya kata-kata KARANG TARUNA hingga sekarang. Semua karang taruna ini berlomba-lomba meningkatkan kelompoknya masing-masing terutama di bidang sosial masyarakat, keberadaan Organisasi Pemuda sangat membantu sekali bagi kepentingan kelompoknya seperti : kematian, pengantenan, cukuran dan kepentingan sosial lainnya. Organisasi Pemuda ini tidak pernah (ada) istilah Diskriminasi dengan warga pendatang atau memandang kesukuan (Etnis), semua sama dengan logo duduk sama rendah berdiri sama tinggi atau tegak sepematang duduk sehamparan artinya tidak ada perbedaan satu sama lain, logo yang sudah dipatri dari nenek moyang maupun dari datuk-datuk pendahulu dipegang erat yakni BERSATU TEGUH BERCERAI RUNTUH.
SUMBER : http://explorejambi.com